ASSALAMU'ALAYKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH... SELAMAT DATANG DI BLOG BUNDANYA AZMI

Minggu, 09 Maret 2014

Nikmatnya Hidup tanpa Utang



Punya hutang sebenarnya sah-sah saja, mau hutang besar dengan potong gaji untuk angsuran perbulannya atau dengan dengan cicilan.

Sebagian besar orang yang saya amati rata-rata berhutang demi tersedianya perabotan rumah tangga yang cukup, keperluan yang mendesak dikala ada anggota keluarga yang sakit atau musibah lainnya, atau untuk biaya sekolah anak, membeli sepeda motor untuk mempermudah beraktivitas, membeli rumah, dan banyak keperluan lainnya

Intinya berhutang boleh-boleh saja tapi jangan berlebihan
Di satu sisi saya mengamati orang berhutang benar-benar untuk keperluan yang penting tapi sisi lain ada sebagian pula orang berhutang demi gengsi. Kerena saya hidup di daerah yang memiliki gaya hidup yang tinggi, gengsi tinggi saya suka mengamati beberapa tingkah laku orang-orang di sekeliling saya
Bagi saya itu menjadi bagian pelajaran hidup saya untuk bertindak
Jujur, saya sebenarnya merasa berat hidup di kalangan mereka. Merasa terkucilkan karena tidak bisa hidup ‘sama’ dengan mereka. Apa yang sedang tren selalu dibeli, dan sudah pasti mereka miliki, sedang saya masih memikirkan besok makan apa??

Meski esok kita tidak tau nasib kita bagaimana, dan Allah sudah mengatur semua rezeki kita tapi menurut saya, kita manusia diberi akal yang membeda akan manusia dengan hewan. Bagi hewan, jika ada makanan hari ini maka hari ini juga langsung habis di makan, besok ya urusan besok. Ya karena hewan tidak diberi akal. Beda dengan manusia. Bukan berarti yang berhutang itu hewan ya…sekali lagi bukan…
Bukankah manusia diberi akal juga untuk memikirkan hidup kedepannya. Hidup bukan hanya satu atau 2 hari
tapi sepanjang Allah memberi usia, bagaimana akal kita bisa ber'jalan' untuk memikirkan kebutuhan masa mendatang.
Hidup dengan gaji yang pas-pasan, saya masih irit. Jikapun ada lebih baik ditabung untuk keperluan mendesak di masa mendatang
Terkadang lingkungan juga sangat tidak mendukung, merasa terkucilkan karena pembicaraan kadang tidak nyambung dengan mereka-mereka. Yang dibicarakan peralatan elektronik, perhiasan, kendaraan dan gadget. Bahkan satu tempat kerja hanya saya yang tidak menggunakan perhiasan, kendaraanpun dibilang motor ceketer..
Kadang heran juga, gaji sama dengan saya. Setiap ada pedagang yang datang membawa barang dagangan barang-barang elektronik rata-rata hampir semua yang ngambil dengan cara mencicil tentunya bayar dengan cara potong gaji. Kenapa tidak beli tunai?? Dengan cara cicil harga bisa 2x lipat…  mungkin hanya teori saya, lebih baik bayar tunai. Karena tunai harga lebih murah di banding cicil, jika tidak mampu lebih baik tahan diri dulu tidak usah beli barang. Bagi temen-temen lebih baik mencicil agar lebih ringan…. Dengan gaji pokok yang sama kadang saya lihat ada juga yang bahkan dengan gaji sampai minus karena tergiur barang-barang itu. Ah karena ‘lapar mata’.
Teori saya, kok sayang ya uangnya, lebih baik uangnya ditabung atau digunakan untuk keperluan mendesak atau yang benar-benar penting. Keperluan makan pakai apa??? Ah karena mungkin factor lingkungan dan teman akhirnya bisa seperti itu. Jika saya tidak bisa menahan diri mungkin saya juga sama dengan mereka.
Bersyukur Alhamdulillah meski hidup pas-pasan, tidak gelamor, tidak ‘lapar mata’ hidup lebih tenang. Alhamdulillah berapapun rezeki yang ada tetap bersyukur. Jika belum cukup uang lebih baik bersabar dulu. Meski harga barang kian melambung, biarkan saja. Toh, Allah sudah mengatur rezeki masing-masing hambaNya. Ada rezeki ya ditabung….

Biarlah hidup di tempat kerja atau di lingkungan sekitar dikucilkan. Selama tidak mengemis makan, tidak menumpang hidup dengan orang lain, biar hidup terus berjalan dengan apa adanya.
Jika sudah saatnya sanggup untuk membeli nanti ya dibeli… Ada teman yang mengatakan masa’ sudah punya gaji pokok dan bekerja di naungan pemerintah tidak punya mobil?? Jadi pegawai itu paling tidak punya rupa, kelihatan cling dibanding sebelum jadi.harus beda dong!!! sampai kapan punya kalau hanya menabung?? Lebih baik ambil hutangan di bank, nanti cicilannya potong gaji tiap bulan…

Huuuh…bikin pusing. Siapapun pasti ingin punya mobil tapi saya tau diri aja lah.. bayar cicilannya saja hampir gaji pokok. Lebih baik bersabar saja lah dengan motor buntut yang ada.
Lebih baik menabung dan menabung dulu… jika saatnya ingin berinvestasi untuk masa depan pendidikan anak lebih baik tabungan untuk berinvestasi tanah karena harga tanah tambah tahun tambah melonjak. Tidak punya mobil juga tidak masalah, toh tidak menghambat aktivitas juga.
Benar-benar merasakan lebih nikmat hidup apa adanya. Gelamour dengan segala fasilitas dari sudut pandang saya seperti sebuah fatamorgana. dipaksa sebenarnya ga punya apa-apa.

Pantas di daerah ini masyarakatnya agak pemalas, kurang kreatif. Padahal sumberdaya melimpah, semua bisa menghasilkan uang jika bisa kreatif. Anehnya justru pedagang, pedagang makanan kaki lima sore-malam, pengrajin, pemilik usaha, sampai pemilik hotel atau mall rata-rata pendatang. Pemuda-pemudanya lebih banyak bermalas-malasan dan gengsi. Pernah saya tanya sebagian anak muda disini, daripada kalian nongkrong kenapa tidak berusaha jualan makanan atau minuman daripada nongkrong tanpa menghasilkan uang?? Jawaban mereka serentak, “ya malu mbak kalau dilihat cewek-cewek”.
Haaahh…kok bisa malu?
Apa dengan jualan prestise akan turun? Apa dengan jualan akan hilang kegantengan, ketampanannya?? Menurut saya justru jualan menjadi langkah awal untuk berwirausaha dan belajar nantinya menjadi suami yang bertanggungjawab dalam nafkah keluarga. Jawab mereka justru, urusan kerja nanti dipikirkan setelah menikah…. Haahh,,,,Nah loh?!?

ceweknya juga harus pilah-pilih, yang cocok menjadi calon pendamping hidup ya dilihat keuletannya ketika masih lajang, sudah bisa cari uang, belajar mandiri tidak harus terus-menerus berada di bawah 'ketiak' orang
tua daripada pemuda-pemuda nongkrong tidak jelas pekerjaan dan masa depannya.

Yang benar-benar mampupun tetap banyak yang hanya menghabiskan uang untuk hura-hura, hidup gelamor, beli pakaian dengan brand-brand, gonta ganti mobil.. Kalau keluar malam hari, rata-rata hampir setiap toko pakaian full, lewat mall seperti lautan mobil dan lautan manusia.

Itu hak mereka sih tapi kadang saya bingung juga menjadi seorang guru bagaimana caranya memberi pengertian anak didik agar bisa kreatif dan tidak berprilaku hura-hura seperti masyarakat umumnya.
Pandangan saya, alangkah baiknya uang mereka gunakan untuk membuka usaha, berinvestasi. Dikembangkan lagi, agar daerah ini asset strategisnya tidak ‘dikuasai´pendatang. Jika pendatang akhirnya jauh lebih sukses di daerah ini pastinya kan menimbulkan kecemburuan social. Khawatir kerusuhan kembali terjadi seperti tragedi tahun 2000 persaingan pendatang dengan penduduk asli dimana saat itu pendatang jauh lebih sukses usaha-usahanya.

Intinya, nikmat hidup apa adanya. Berhutang nantinyapun jika benar-benar kebutuhan sangat mendesak. Selama masih belum mendesak sekali lebih baik ditabung. Dan berharap saja semoga hidup tidak terhutang, agar beraktititas apapun jauh lebih tenang….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar